TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mensinyalir WHO sebagai badan kesehatan PBB telah menutup-nutupi keseriusan wabah virus Corona di China sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Dengan alasan itu, Trump mengumumkan langkah yang mengejutkan. Amerika katanya akan melakukan penghentian pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Seperti dilansir AFP, dikutip detik.com Dalam konferensi pers, Trump mengatakan dirinya telah memerintahkan pemerintahannya untuk menghentikan pendanaan ke WHO. Menurut Trump, WHO tidak transparan mengenai wabah corona
Trump mengingatkan, Amerika Serikat sebagai negara pendana terbesar WHO yang menyediakan US$ 400 juta tahun lalu, kini akan membahas “apa yang akan dilakukan dengan semua uang yang dikucurkan untuk WHO”.
Amerika Serikat memang mencatat angka kematian harian virus corona tertinggi pada Kamis (16/4/2020) yakni 4.491 jiwa. Menurut AFP, angka tersebut merupakan jumlah korban meninggal tertinggi dalam 24 jam di dunia selama pandemi Covid-19.
Bahkan berdasarkan penghitungan Johns Hopkins Unversity angka kematian itu jauh melonjak lebih tinggi lagi yakni 32 ribu orang per Kamis malam. Angka 32 ribu itu ditemukan jika angka kematian 4.491 ditambah dengan laporan korban meninggal dunia diduga Covid 19 yang sebelumnya tidak dimasukkan.
Tidak saja Amerika, Pejabat Sementara Perdana Menteri Inggeris, Dominic Raab juga meminta China berterus terang soal bagaimana wabah virus corona bisa terjadi. Kata dia, ada sejumlah “pertanyaan sulit” yang harus dijawab China mengenai bagaimana virus corona bermula.
“Kita harus berikan pertanyaan sulit tentang bagaimana itu terjadi dan bagaimana itu bisa dihentikan,” kata Menteri Luar Negeri Inggris itu dalam konferensi pers di London, Kamis (16/4/2020) waktu setempat.
Raab menegaskan bahwa Inggris tidak mungkin lagi bisa menjalin hubungan seperti biasa dengan China setelah adanya pandemi Covid-19 ini. Itu menunjukkan sikap keras Inggris terhadap China setelah mereka dihantam krisis corona yang telah menewaskan 13.729 orang di negara itu.
“Tidak ada keraguan kita tidak dapat melakukan urusan seperti biasa setelah krisis ini,” ujar Raab seperti dikutip CNN Indonesia dari South China Morning Post, Jumat (17/4/2020).
Mendapat tekanan begitu, China melalui pemeritah Wuhan, Provinsi Hubei akhirnya mengakui telah terjadi kesalahan data. Dalam sebuah pemberitahuan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Epidemi Wuhan mengungkapkan empat alasan mengapa terjadi perbedaan data sehingga revisi mesti dilakukan.
Seperti dilansir Xinhua, empat alasan itu, pertama yakni karena jumlah pasien yang melonjak pada tahap awal epidemi sehingga membuat petugas medis kewalahan dan terjadi keterlambatan pelaporan. Selain itu ada beberapa pasien meninggal di rumah tanpa dirawat di rumah sakit.
Alasan kedua, selama puncak upaya perawatan, rumah sakit beroperasi melebihi kapasitas dan staf medis sibuk menyelamatkan dan merawat pasien sehingga menyebabkan keterlambatan pelaporan, terlewat dan keliru, begitu bunyi alasan kedua revisi.
Alasan ketiga yakni karena ada peningkatan cepat rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien Covid-19, termasuk yang dikelola oleh kementerian, Provinsi Hubei, Kota Wuhan dan distriknya, yang berafiliasi dengan perusahaan, serta rumah sakit swasta dan rumah sakit darurat.
Dalam alasan ketiga juga dikemukakan, beberapa lembaga medis yang tidak ditautkan ke jaringan informasi epidemi gagal melaporkan data mereka tepat waktu.
Sedangkan alasan keempat yakni informasi terdaftar dari beberapa pasien yang meninggal tidak lengkap, dan ada pengulangan serta kesalahan dalam pelaporan.
Masih dilnasir Xinhua, seorang pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Epidemi Wuhan mengatakan perbedaan data ini diketahui setelah sebuah kelompok untuk penyelidikan data besar virus corona dibentuk pada akhir Maret lalu. Data itu kini telah direvisi (smh)