TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Handphone (HP) atau telepon genggam bukan lagi barang mewah. HP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dari segala lapisan, baik warga yang bermukim di perkotaan maupun di pedesaan.
Namun demikian, HP juga bisa mendatangkan marabahaya. Bahaya muncul bukan saja karena HP tiba-tiba bisa meledak, tapi perangkat komunikasi yang menggunakan sinyal ini ternyata sangat rawan dengan sambaran petir.
HP yang meledak tersambar petir terjadi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Selasa (3/12/2019) lalu. Dikutip dari Kompas.com, Enam warga Pinrang, pekerja proyek irigasi, tersambar petir di area persawahan di Kampung Sali sali, Desa Pancara, Selasa (3/12/2019).
Dari enam warga itu, lima selamat meski dua orang menderita luka. Sedangkan seorang lainnya tewas di tempat. Peristiwa itu terjadi saat enam pekerja proyek irigasi itu berteduh dari hujan di pondok sawah. Kemudian petir menyambar tempat mereka berteduh.
Warga yang selamat, Puang Nomi mengatakan, rekannya yang tewas, Ibnu Wahid, saat kejadian sedang menggunakan ponsel. Puang memperkirakan, ponsel menjadi penyebab petir menyambar rumah sawah tempat mereka berteduh.
“Panton saat itu menggunakan telepon selulernya. kemudian petir menyambar tempat kami berteduh. Saya dan lima lainnya terjatuh dari atas pondok sawah,” ujar Puan seperti dilansir Kompas.com.
Kasat Reskirm Polres Pinrang AKP Dharma Perwira Negara mengatakan, korban meninggal telah diantar ke rumahnya. Sementara dua korban yang terluka dilarikan ke rumah sakit.
Pada hari yang sama, Selasa (3/12/2019), di Kecamatan Amanuban, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, seorang pria yang sedang asyik menelpon juga tewas disambar petir.
Masih mengutip Kompas.com, pria yang tewas disambar petir di NTT ini bernama Dona Riki Nenoliu (22), asal Kampung Oenoni, Dusun 4, Desa Mio, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Korban disambar petir saat sedang asyik menelepon di bawah pohon. Peristiwa itu dibenarkan Kasat Reskrim Polres TTS Iptu Jamari kepada Kompas.com, Selasa (3/12/2019) siang. “Korban disambar petir saat menelepon menggunakan hanphone di bawah pohon asam,” ungkap Jamari.
Jamari membeberkan, peristiwa itu bermula saat Riki bersama ibu kandungnya yang bernama Sarci Tanu dan dua orang adiknya berboncengan menggunakan dua sepeda motor.
Rombongan ini pulang dari Puskesmas usai menjenguk saudara mereka yang menjalani perawatan medis. Setelah tiba di lokasi kejadian, turun hujan lebat sehingga Riki memberhentikan sepeda motor untuk berteduh.
Sarci Tanu bersama kedua adik Riki, berteduh di bawah atap rumah dan duduk di atas tumpukan kayu. Saat itu, ada telepon masuk dan Riki ingin menerima telepon sehingga Riki bergeser dan berdiri di bawah pohon asam.
“Ketika itulah ada sambaran petir, korban yang sedang nelpon di bawah pohon asam ikut tersambar petir. Korban langsung jatuh dan meninggal di tempat,” ujar Jamari. (kkc/sumber Kompas.com)