TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Bentrokan antara militan Palestina di Jalur Gaza, dan militer Israel pada awal Ramadan tahun ini semakin mengkhawatirkan karena bisa menjurus kepada perang besar seperti lima tahun silam.
Apalagi akibat bentrokan ini, Israel sempat menutup perbatasan dan melarang pengiriman bantuan ke Jalur Gaza seperti bahan bakar dari Qatar untuk pembangkit listrik tenaga diesel. Jika pasokan bahan bakar langka, maka dikhawatirkan bakal memicu krisis listrik di Jalur Gaza.
Kantor Berita Qatar, QNA seperti dilansir CNN Indonesia menyebutkan Qatar mengalokasikan dana sebesar US$48 juta atau Rp6,8 triliun untuk membantu pemerintah Palestina meningkatkan layanan pendidikan, kesehatan, serta bantuan darurat kemanusiaan.
“Pemerintah Qatar telah mengalokasikan US$300 juta dalam bentuk hibah dan pinjaman untuk mendukung anggaran sektor kesehatan dan pendidikan otoritas Palestina,” bunyi laporan Kantor Berita Qatar, dilansir CNN Indonesia, Selasa (7/5/2019).
Kantor berita tersebut memastikan bantuan finansial itu juga akan mencakup sektor listrik demi memastikan pasokan energi Palestina tidak terganggu.
Sementara itu, Reuters melansir Angkatan Bersenjata Israel dan militan Palestina di Jalur Gaza sepakat melakukan gencatan senjata, mulai Senin (6/5/2019). Kesepakatan gencatan senjata di awal Ramadhan. itu dimediasi Mesir.
Bentrokan angkatan bersenjata Israel dan militan Palestina di jalur Gaza yang terjadi sepekan terakhir, telah merenggut 23 nyawa. Pemerintah Indonesia sebagai pendukung perdamaian di antara kedua belah pihak mengecam dan mendesak supaya tindakan saling serang segera diakhiri.
Senada dengan RI, Sekjen PBB Antonio Guterres, turut mengecam konflik yang kembali memanas di Jalur Gaza. Dia meminta semua pihak berhenti menyerang dan mengambil langkah meredakan ketegangan serta menahan diri.
Dirilis Reuters, Ismail Haniyah, pemimpin partai politik dan milisi yang menguasai Jalur Gaza, Hamas, menyatakan tidak berminat memulai peperangan baru dengan Israel.
Dia menyatakan akan meminta anak buahnya menghentikan serangan dan meredakan ketegangan hanya jika Israel menghentikan serangan.
Dikutip AFP, perekonomian Palestina di bawah pemerintahan Presiden Palestina Mahmoud Abbas saat ini memang tengah terpukul setelah dua sumber utama pendapat negara terhenti.
Amerika Serikat memutuskan mengakhiri semua bantuan bilateral untuk Palestina menyusul hubungan kedua negara yang terputus.
Hubungan Ramallah dan Washington terus memburuk sejak Presiden Donald Trump mengakui secara sepihak bahwa Yerusalem merupakan Ibu Kota Israel pada Desember 2017 lalu.(kkc)