TELUKKUANTAN (KuansingKita.com) – Rencana Pemkab Kuansing untuk memfasilitasi pembangunan pabrik Tapioka tampaknya kandas ditengah jalan. Kondisi ini terlihat dari tidak adanya tindaklanjut dari hasil kunjungan sejumlah pejabat Pemkab Kuansing ke Pabrik Tapioka di Solo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Jafrinaldi mengaku sangat kecewa bila saja rencana pembangunan pabrik Tapioka gagal di tengah jalan. Pasalnya menurut Jafrinaldi gagasan untuk mendirikan pabrik Tapioka, juga bertujuan untuk mengalihkan kesibukan warga dari aktivitas merusak lingkungan.
Menurut Jafrinaldi untuk menghentikan aktivitas warga yang merusak lingkungan seperti PETI harus bertolak dari akar permasalahan. Warga kata Jafrinaldi melakukan aktivitas PETI karena tengah dihimpit kesulitan ekonomi. Sehingga jalan keluarnya pemerintah harus memfasilitasi warga dengan aktivitas yang dapat memberikan nilai ekonomi lebih.
Mantan Kadis Pasar ini menyebutkan satu-satunya jalan keluar yang sudah terpikirkan yakni mengajak warga bertanam Singkong Gajah. Hasil pertanian warga nantinya akan ditampung di pabrik Tapioka. Usaha menanam singkong gajah ini kata Jafrinaldi hasilnya secara ekonomi jauh lebih baik dari aktivitas PETI yang mereka lakukan.
“ Selama ini menghentikan aktivitas PETI selalu dengan cara refresif. Mereka ditangkap lalu dipenjarakan. Namun PETI tidak juga berhenti. Kini pemerintah harus memikirkan jalan keluarnya dengan cara memberikan warga aktivitas lain yang dapat memberikan nilai ekonomi lebih,” kata Jafrinaldi
Jafrinaldi mengatakan bertanam Singkong Gajah hasilnya secara ekonomi jauh lebih baik dari hasil PETI yang kini semakin mengecewakan. Tambah lagi bertanam Singkong Gajah waktunya relative jauh lebih sedikit dari waktu yang tersita oleh aktivitas PETI. Sehingga jika pemerintah sudah memfasilitasi pembangunan pabrik Tapioka, warga akan beralih meninggalkan PETI.
Pabrik Tapioka ini nanti akan menjalin kerjasama dengan RAPP dengan quota Tapioka 50 ton per hari. Untuk menutupi permintaan RAPP ini dibutuhkan panen Singkong Gajah 3 hektar per hari atau 150 ton Singkong Gajah per hari karena setiap hektar akan mengasilkan 50 ton Singkong Gajah.
“ Dari 150 ton Singkong Gajah, bila diproses akan menjadi 50 ton Tapioka. Jadi panen harus 3 hektar per hari,” kata Jafrinaldi.
Dari luas panen per hari, menurut Jafrinaldi warga dapat bertanam Singkong Gajah tanpa batas. Sementara pasarnya sudah dijamin oleh pemerintah lewat pabrik Tapioka. Langkah ini kata Jafrinaldi mampu meningkatkan kesejahteraan warga, mereka akan meninggalkan PETI. Hanya saja tambahnya rencana pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan pabrik Tapioka ini kini tampaknya kandas lagi.
“ Benar, sepertinya kandas lagi. Tapi kita sangat berharap pembangunan pabrik Tapioka segera teralisasi,” pungkas Jafrinaldi (kkc)