TELUKKUANTAN (KuansingKita.com) – Abrasi bantaran Sungai Kuantan dengan lebar 300 meter dan panjang 1,5 kilometer yang terjadi di kawasan Desa Muaro Tombang, Kecamatan Kuantan Mudik, Kuansing, Sabtu dua pekan lampau, kini jadi bahan kajian Dinas PU dan Penataan Ruang Kuansing.
Langkah ini dilakukan Dinas PU dan Penataan Ruang untuk mencarikan upaya yang tepat dalam mengantisipasi bencana abrasi. Kendati abrasi saat ini belum menjangkau pemukiman warga, namun telah memporakporandakan perkebunan karet warga.
“ Kini kami sedang mengkaji penyebab pasti abrasi,” kata Kabid SDA Dinas PU dan Penataan Ruang, Febri Mahmud kepada KuansingKita.com Senin (13/3/2017)
Febri menyebutkan, abrasi yang terjadi di kawasan Desa Muaro Tombang itu volumenya relative besar. Bantaran Sungai Kuantan ambruk selebar 300 meter dari pinggir Sungai Kuantan. Sementara panjangnya mencapai 1,5 kilometer.
Menurut Febri sebelum ambruk, tanah di titik abrasi itu bergerak tiba-tiba, lalu merengkah seraya mengeluarkan suara mengerikan, kemudian ambruk dengan lebar 300 meter dari pinggir Sungai Kuantan. Kondisi ini kata Febri terjadi sepanjang 1,5 kilometer.
Pria asal Kuantan Mudik ini mengatakan dugaan sementara abrasi ini terjadi akibat maraknya aktivitas PETI. Bantaran Sungai Kuantan tergerus oleh sedotan mesin PETI. Akibatnya bantaran jadi labil, lalu ambruk ke sungai.
Febri yakin, jika aktivitas PETI tidak segera dihentikan, kondisi ini nantinya akan terjadi dibanyak titik di wilayah Kuansing terutama di titik-titik aktivitas PETI. “ Kalau dugaan sementara ini disebabkan aktivitas PETI,” kata Febri
Febri mengakui, sejauh ini Dinas PU dan Penataan Ruang belum melakukan langkah antisipasi seperti membangun turap penahan tebing. Pasalnya menurut Febri volume abrasi relative besar.
Febri menyebutkan pembangunan turap akan jadi sia-sia karena tidak akan mampu menahan volume tanah yang bergerak. “ Kini yang dilakukan baru himbauan kepada warga agar waspada,” tutup Febri (kkc)
