Pilkada dan Media Sosial

Pemred KuansingKita
Penulis Pemred KuansingKita
“ Peran media sosial dalam pilkada sangat besar. Namun tidak jarang pula informasi media sosial dari tim sukses menimbulkan pergelutan debat dengan narasi-narasi tanpa makna. Kenapa bisa begitu ?,”
Sejak pendaftaran pasangan calon pilkada akhir Agustus lalu, semakin terasa bahwa politik elektoral saat ini sangat terintegrasi dengan media sosial. Di sinilah kita disuguhkan postingan-postingan dari tim sukses yang seolah-olah mampu mengguncang panggung politik dengan bekal kepiawaian mereka berbicara di dunia maya
Padahal di balik siluet-siluet yang disuguhkan, tersembunyi data-data kedangkalan dari mereka yang tidak memiliki wawasan elektoral yang memadai. Herannya mereka berani berbicara bahkan dengan keberanian yang mungkin terlalu berlebihan. Mereka berbicara jauh dari wawasan yang mereka miliki
Peluang mereka terbuka ketika politik di era digitalisasi ini memberi peluang sangat besar kepada media sosial untuk dominan dalam merangkul massa. Hanya saja, masalah besar muncul ketika keahlian berkomunikasi di media sosial dianggap sebagai tingkat pemahaman yang mendalam tentang konstalasi politik elektoral
Akibatnya, tim sukses yang bersembunyi di balik kedangkalan wawasan elektoral terjebak dalam lingkaran ini. Mereka menampilkan diri seperti “ahli politik” di media sosial, mengunggah status-status dan komentar-komentar yang terkesan berbobot. Semua itu untuk menutupi kedangkalan pemahaman mereka
Ya, tentu saja semua itu hanyalah topeng yang mereka kenakan untuk menutupi ketidakpahaman mereka akan esensi politik yang sebenarnya. Sementara peluang menjadi timk sukses harus diambil atau tidak mungkin dilewatkan. Mak tak mau, mereka terpaksa menampilkan diri seperti ahli untuk menutupi kedangkalannya
Ironisnya, kehadiran mereka bergelut di media sosial justru lebih menonjolkan kekosongan dari apa yang seharusnya diharapkan. Mereka bergelut dalam perdebatan-perdebatan yang tidak mencerahkan, gurauan tanpa substansi, atau bahkan penyebaran hoaks dan informasi palsu demi meraih perhatian.
Sejak era digitalisasi dan transformasi digital, sungguh, media sosial telah memberikan platform yang sangat luas bagi setiap individu untuk bersuara. Namun, semua ini akan menjadi berbahaya ketika suara-suara ini didominasi oleh mereka yang sebenarnya hanya mengikuti tren tanpa pemahaman yang dalam.

Ketika suara-suara mereka menjadi nyaring, di sini kita terpaksa  bertanya pada diri sendiri, di mana letak substansi dan kebijaksanaan dalam politik sebagaimana seharusnya? Pasalnya, di balik isu-isu media sosial, sering ditemukan ketidakberdayaan yang sebenarnya dari tim sukses ini.
Mereka tim sukses, tapi layaknya hanya seorang “penggembira” yang dimanfaatkan oleh politisi sesungguhnya. Sedihnya, mereka tanpa menyadari dimafaatkan untuk menyebarluaskan narasi-narasi yang tidak bertanggung jawab tanpa memiliki kemampuan untuk mempertanyakan atau menganalisis dengan kritis.
Seharusnya mereka faham, saat berbicara tentang politik, berarti terdapat tanggung jawab yang besar dalam membentuk opini publik. Namun, yang terjadi, tim sukses yang tidak memiliki pemahaman politik ini malah menancapkan panji-panji kebenaran mereka di media sosial, akhirnya tanggung jawab itu semakin terdistorsi.
Layaknya, mereka seorang dagelan yang diberi peran sebagai penjaga api, namun tanpa memiliki kecakapan untuk memadamkan kobaran yang sebenarnya. Kendati begitu, kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya individu-individu ini. Mungkin ada faktor-faktor lain yang memengaruhi keberadaan mereka di posisi tim sukses
Mungkin saja kebutuhan akan eksistensi atau sekadar dorongan dari politisi sesungguhnya. Namun demikian, kita tidak bisa mengabaikan dampak negatif yang dihasilkan dari kehadiran mereka yang tidak memiliki wawasan yang memadai namun dengan percaya diri menyerukan kebenaran di media sosial.
Sebagai masyarakat yang kini semakin terkoneksi dengan media sosial, sudah menjadi tugas kita untuk menyaring informasi dan pendapat yang muncul di media sosial dengan bijaksana. Kita tidak boleh terperangkap dalam gemerlapnya tampilan yang kosong dari tim sukses tanpa substansi politik.
Kita harus lebih kritis dalam menggali kebenaran di balik status ataupun komentar-komentar yang menggugah di media sosial. Tapi yang paling penting, kita harus menyadari bahwa keberanian berbicara di media sosial tidak selalu setara dengan pemahaman yang mendalam akan politik. Itulah yang perlu dicamkan (said mustafa husin/saduran dari berbagai sumber)
FOTO Ilustrasi

 

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...