Calon Petahana Selalu Jadi Bulan-bulanan dalam Pilkada

“ Character assassination adalah kampanye pembunuhan karakter. Inilah yang selalu dijadikan alat oleh para pesaing untuk menyerang calon petahana”
Hampir di semua daerah, calon petahana selalu menjadi bulan-bulanan dalam pilkada. Berbagai serangan dialamatkan ke calon petahana. Semua itu dilakukan dalam kemasan character assasination atau pembunuhan karkater
Fenomena ini juga terjadi dalam pilkada Kuansing. Calon petahana, Suhardiman Amby diserang secara ad hominem atau serangan ke dalam wilayah privasi dengan memanfaatkan jejak digital.
Isu-isu lama di media massa diposting kembali. Misalnya kasus Suhardiman dengan isteri mudanya. Entah kenapa isu ini yang dipilih untuk menyerang Suhardiman Amby
Padahal saat ini, Suhardiman dengan kedua istrinya sudah hidup rukun. Rumah tangga Suhardiman baik-baik saja.  Jika isu itu yang diangkat sebagai kampanye character assassination jelas mubazir
Seperti diulas KuansingKita beberapa bulan lalu, character assassination atau kampanye pembunuhan karakter tidak akan berpengaruh terhadap tokoh yang memiliki karkater kuat
Dalam pengamatan KuansingKita, Suhardiman Amby termasuk tokoh yang memiliki karkater kuat. Sehingga isu-isu yang menyerang wilayah privasinya tidak akan mematikan langkahnya dalam politk

Seperti difahami, character assassination bertujuan untuk mematikan langkah lawan politik. Karena itu dalam kampanye pembunuhan karkater harus menjual isu yang membuat lawan mati langkah
Namun terlepas dari semua itu, perlu juga difahami bahwa menghadapi petahana memang sulit. Kecuali petahana yang memilki catatan buruk dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan
Sepanjang petahana menjalankan tugas dengan baik seperti menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan dengan baik maka posisi petahana dalam kontestasi pilkada sulit untuk digoyah
Kenapa. Ini yang perlu jadi catatan. Pemilih yang berada di wilayah abu-abu atau undecided voter, pada hari H nanti  sudah pasti akan memberikan suaranya untuk petahana
Karena itu, sebaiknya langkah pesaing, tidak sebatas berkutat pada character assassination tapi akan lebih bermanfaat untuk memetakan pemilih undecided voter untuk dirangkul
Gerakan ini untuk pesaing petahana harus diprioritaskan. Pasalnya calon petahana sudah pasti lebih diuntungkan dalam banyak hal dibandingkan kandidat pesaingnya.
Calon petahana sudah membangun relasi politik lebih awal ke berbagai organisasi maupun masyarakat yang terlembaga. Sehingga tanpa kerja keras, petahana bisa dengan mudah mnendapatkan pemilih undecided voter

Lantas bagaimana melihat kekuatan petahana mulai tergerus. Inilah yang perlu difahami oleh tim pemenangan. Kekuatan petahana mulai tergerus apabila konstituen petahana secara masiv melakukan swing voters
Swing voters adalah istilah untuk para perndukung yang menggeser pilihannya.  Swing voters biasanya terjadi oleh banyak hal seperti tidak ada lagi kesesuaian ide atau gagasan dari calon yang didukungnya
Karena itu swing voters biasanya didentifikasi untuk pemilih rasional, atau pemilih pragmatis idealis. Namun belakangan swing voters juga disitilahkan untuk pemilih hedonis dan konsumtif
Untuk pemilih hedonis dan konsumtif swing voters biasanya terjadi oleh janji-janji politik kubu pesaing petahana. Mereka termakan bujuk rayu lalu menggeser pilihannya. Biasanya rayuan dalam bentuk transaksional
Mungkinkah kubu Suhardiman mulai tergerus. Inilah kondisi yang selalu diklem oleh pesaing petahana bahwa kini konstituen Suhardiman mulai tergerus. Padahal ini sangat sulit terjadi tapi bukan tidak mungkin terjadi
Kenapa sulit terjadi. Dari pengamatan KuansingKita, kubu Suhardiman menerapkan pola politik struktural, sementara kedua pesaing, menerapkan pendekatan politik normatif.

Pola pendekatan petahana dan kedua pesaingnya jauh berbeda sehingga sulit untuk saling bersentuhan. Politik petahana bermain di wilayah struktural yang sulit terjangkau oleh pendekatan politik normatif
Politik normatif dalam konstestasi elektoral seperti pilkada, selalu mengandalkan ujung tombak untuk bergerak di kantong-kantong suara. Untuk mendapatkan suara, mereka bergerak dengan pendekatan transaksional
Sementara pendekatan struktural sangat berbeda. Pendekatan struktural menjangkau massa dengan konsep struktural. Petahana sudah pasti punya struktur gerakan serta wilayah struktural yang akan dimanfaatkannya
Namun demikian, seperti diulas diatas tadi, petahana akan mudah tergoyahkan jika memiliki catatan buruk dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan
Sepanjang petahana menjalankan tugas dengan baik seperti menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan dengan baik maka posisi petahana dalam kontestasi pilkada sulit untuk digoyah
Apakah Suhardiman Amby sudah menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan dengan baik, jawabnya akan terlihat dari hasil pilkada nanti. (said mustafa husin)
FOTO Ilustrasi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...