Saling Serang dalam Politik Cerminan dari Kondisi yang Tidak Kondusif

TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Seorang tokoh muda Kuansing yang akrab disapa KIC menyerang bakal calon bupati Suhardiman Amby di salah satu media online. Ia memaparkan kondisi Suhardiman Amby ketika bersama-sama tim ASA dalam pilkada Kuansing periode lalu
Dalam paparan itu, KIC memperbandingkan sikap serta pernyataan- pernyataan Suhardiman Amby setelah menjadi Bupati Kuantan Singingi. Ia pun memberikan penilaian dengan ungkapan “kacang lupa kulitnya”. Kendati begitu, sejauh ini tidak ada serangan balasan dari Suhardiman Amby
Saling serang dalam politik terutama politik elektoral seperti pilkada disebut sebagai attacking campaign. Ada dua bentuk attacking campaign dalam politik elektoral. Pertama negative campaign dan kedua black campaign. Keduanya menggunakan pernyataan-pernyataan menyerang
Untuk yang pertama yakni negative campaign masih dibenarkan dalam ruang demokrasi. Serangan negative campaign masih dalam batas mengkritisi program dan kebijakan. Karena itu, serangan negative campaign biasanya diarahkan kepada calon incumbent
Negative campaign adalah serangan yang bertujuan menjatuhkan atau mendelegitimasi kandidat incumbent. Karena itu arahnya pada program atau kebijakan politik kubu lawan. Serangan ini tidak bisa dilarang. Namun isi kampanye negative ini masih bisa disampaikan di ruang publik
Ini sangat berbeda dengan black campaign yang tidak dibenarkan dalam ruang demokrasi. Pasalnya black campaign selalu menyerang wilayah privasi yang terkadang tidak etis disampaikan di ruang publik. Tambah lagi black campaign tak segan mencampur adukkan fakta dan fitnah.
Tapi yang lebih buruk lagi, black campaign sering dilakukan secara sembunyi atau tidak jelas pelakunya seperti memasang poster-poster atau selebaran gelap. Isinya menyerang wilayah privasi lawan politik bahkan sering melontarkan tuduhan-tuduhan fitnah untuk menjatuhkan lawan

Namun demikian, dalam komunikasi poltik, black campaign hasilnya tidak selalu searah dengan  tujuan akhir, bahkan sering menjadi blunder. Publik yang semula diharapkan membenci pihak yang diserang melalui berbagai hasutan dan fitnah justeru bisa berbalik menjadi simpati atau mendukung
Karena itu, black campaign harus dihindarkan dalam pilkada Kuansing. Selain tidak efektif untuk pola kampanye, black campaign sangat berpotensi memecah belah serta menimbulkan gesekan di tengah masyarakat atau para pendukung masing-masing kubu.
Apalagi kalau masing-masing kubu menggunakan serangan black campaign. Masing-masing kubu saling berbalas serangan. Ini bisa memicu kerusuhan massa. Akibatnya sudah pasti sangat tidak elok untuk negeri Kuansing yang beradat
Sementara itu, KIC kepada KuansingKita mengaku kritikan yang disampaikannya kepada Suhardiman Amby masih dalam batas etika dan masih di dalam ruang demokrasi, bukan black campaign. Alasannya statemen yang disampaikannya itu di media massa bukan dalam bentuk poster atau selebaran gelap
: Kritikan yang Saya sampaikan itu masih di dalam ruang kehidupan berdemokrasi, tidak ada yang salah,” tandas KIC
Memang tidak ada yang salah. Tapi akan lebih baik, kampanyekan saja calon masing-masing melalui program yang diusungnya. Kampanyekan saja kelebihan calon yang diusung, bukan menyerang dan merendahkan calon lawan.
Seperti ungkapan daerah Kuansing “ Torangkan ajo pelito awak, jan pelito urang pulo nan dipadamkan”. Pasalnya saling serang dalam politik elektoral seperti pilkada mencerminkan kondisi politik di negeri itu tidak kondusif. (smh)
FOTO ILUSTRASI (Antaranews)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...