TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Sejak China dan Rusia dalam pertemuan tertutup beberapa pekan lampau masih tetap bersikukuh mendukung militer Myanmar di PBB, senitmen anti China di negara Pagoda Emas itu semakin meluas. Para pengunjuk rasa anti kudeta militer Myanmar membakar sedikitnya 32 paberik milik perusahaan China.
Dirangkum dari berbagai sumber, sampai hari ini, sedikitnya 200 orang korban tewas dalam aksi anti kudeta militer Myanmar. Sementara jumlah korban luka jauh lebih besar lagi. Kendati begitu, aksi menolak kudeta militer terus berlangsung. Massa anti kudeta militer masih turun ke jalan. Padahal militer sudah memberlakukan jam malam
Kondisi mencekam di Myanmar ini sudah berlangsung sejak 1 Februari lalu. Ini diawali dengan sikap militer melakukan penahan terhadap Aung San Suu Kyi. Sejak itu militer mengambil alih pemerintahan. Massa pro demokrasi melakukan unjuk rasa menolak kudeta militer Myanmar. Milter meredam aksi unjuk rasa ini dengan cara sangat brutal. Mereka menembaki massa
Kondisi di Myanmar ini membuat sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB merasa prihatin. Di bawah dukungan Amerika Serikat, mereka nenyusun langkah menerbitkan resolusi PBB. Isinya untuk memberikan sanksi dan menghentikan kebrutalan militer Myanmar. Namun sikap China dan Rusia belum juga melunak, dua negara pemegang hak veto ini masih mendukung militer Myanmar
Sikap China di PBB inilah yang membuat sentiment anti China semakin meluas di Myanmar. Aksi unjuk rasa semakin anarkis. Aksi pembakaran perushaan milik China di kota tekstil Yangoon tak mampu dihentikan militer. Massa terus mengamuk, padahal korban tewas terus berjatuhan, belum lagi korban luka. Sejumlah tokoh politik pro demokrasi tewas di penjara.
Mencermati kondisi Myanmar, pemerintah China mendesak aparat keamanan Myanmar melindungi aset China di Myanmar. Apalagi kemarahan massa sudah menjalar ke proyek infratsruktur bendungan Myitsone. Proyek ini dibangun dengan bantuan dana dari China senilai US$3,6 miliar. Belum lagi proyek pipa minyak dan gas serta pelabuhan ke Samudera Hindia
” Kerusakan akibat serangan terhadap pabrik-pabrik yang didanai China “sangat parah”. China mendesak Myanmar mengambil langkah efektif untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, dan menjamin keselamatan jiwa dan properti perusahaan China di Myanmar,” tulis pernyataan resmi Kedutaan China dikutip CNN Indonesia
Tidak itu saja, Amerika juga sudah menjatuhkan sanksi kepada Aung Pyae Sone dan Khin Thiri Thet Mon yakni dua anak pemimpin junta militer Myammar, Min Aung Hlaing. Bahkan enam perusahaan Hlaing dimasukkan dalam daftar hitam. Melihat tekanan Amerika ini, akhirnya, pada 11 Maret lalu, China melunak.
China menandatangani pernyataan Dewan Keamanan PBB yang mengutuk kekerasan militer terhadap pengunjuk rasa. Hanya saja mampukah keputusan China ini meredam kemarahan dan kecurigaan rakyat Myanmar yang sudah terlanjur. Apalagi selama ini China sangat mendukung militer Myanmar (dirangkum dari berbagai sumber/smh)