Penulis Said Mustafa Husin (Pemred KuansingKita)
“ Pagi masih dingin sekitar pukul 07.10 WIB. Seorang teman wartawan di grup whatsapp PWI Kuansing mengabarkan Madiyusman, Sekretaris PWI Kuantan Singingi meninggal dunia Minggu 20 April 2025 subuh. PWI Kuantan Singingi pun diselimuti suasana duka”
“ Kullu Nafsin Dzaiqatul Maut Summa Ilaina Turjaun”. Semua yang bernyawa akan menjalani kematian, kepadaNya kita dikembalikan. Inilah sepenggal ayat alquran yang membuat kami, wartawan PWI Kuansing kuat mengahadapi kenyataan ini. Kenyataan tentang seorang sahabat yang pergi meninggalkan kami untuk selamanya
Bagi wartawan PWI Kuansing, Madiyusman adalah sosok periang yang penuh canda. Sosok yang selalu membuat teman wartawan PWI Kuansing tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar berbagai cerita lucunya. Madiyusman juga sosok yang tak pernah berselisih faham dengan teman wartawan lainnya
Diantara teman wartawan PWI Kuansing barangkali saya orang pertama yang mengenal Madiyusman. Saat itu Kuansing baru dimekarkan dari kabupaten induk Inderagiri hulu. Saya sendiri wartawan di Kuantan Singingi. Tak lama, datang Maswito Jamaluddin untuk menjadi reporter surat kabar Suara Riau
Saat itu surat kabar yang terbit di Riau hanya Riau Pos dan Suara Riau. Saya menjadi reporter Utusan yang saat itu masih suplemen Riau Pos. Artinya Koran Utusan belum berdiri sendiri tapi masih diselipkan dalam halaman Riau Pos. Tak lama, barulah Koran Utusan berdiri sendiri di luar Riau Pos kemudian berganti nama dengan Pekanbaru Pos
Sejak kehadiran Maswito Jamaludin di Kuansing kami selalu berdua, berbincang di Kedai Kopi untuk proyeksi berita. Dalam proyeksi berita, Maswito cukup piawai, dia sebelum di Suara Riau telah berpengalaman menjadi reporter Genta. Nah Maswito Jamaludin yang kini jadi PNS di Provinsi Kepri ini akrab dengan almarhum Madiyusman.
Pada waktu-waktu tertentu Madiyusman sering bersama kami. Dan akhirnya Saya dan almarhum Madiyusman menjadi akrab. Dan dari sini pula awal karir Madiyusman menjadi reporter. Kebetulan Koran Media Riau terbit dan Madiyusman menjadi reporter Media Riau untuk liputan Kuansing
Madiyusman adalah sosok multi talenta. Ia punya bakat seni yang luar biasa. Bersama Mulyadi Harun, almarhum Madiyusman menggarap album Dendang Kuansing. Inilah album pertama yang menyajikan lagu-lagu dengan pantun dan irama khas Kuansing. Almarhum Madiyusman berkontribusi menyumbangkan suara emasnya sebagai penyanyi
Dalam periode PWI Kuantan Singingi di bawah Desriandi Chandra, Madiyusman dipercaya sebagai Sekretaris PWI Kuantan Singingi. Ia pun menjalankan tugasnya dengan baik karena almarhum juga berpengalaman sebagai Plt Sekretaris Desa Koto Sentajo. Ia mampu menyusun SPJ untuk dana hibah PWI Kuansing 2024
Di Kengerian Sentajo, Madiyusman juga dipercaya sebagai dubalang di salah satu persukuan. Madiyusman masuk dalam orang enam belas dalam tatanan adat Kengerian Sentajo. Karena itu saat jasad almarhum disemayamkan di rumah duka, para pelayat cukup ramai mengantarkan almarthum ke peristirahatan terakhir. Almarhum dikebumikan di pekuburan Koto Sentajo
Pernah satu kali ketika kami bersama Bupati Sukarmis dan Wakil Bupati Mursini ke Bengkalis. Almarhum membuat cerita lucu. Saat itu juga ada Sekda Zulkifli. Almarhum bercerita tentang syarat memancing ikan tengah malam. Mulanya, semuanya sangat serius mendengar cerita almarhum
Kata almarhum, saat mau pergi mancing, perhatikan arah miring tidur isteri. Umpan tidak boleh asal lempar saja. Jika isteri tidur miring ke kiri maka umpan harus dilemparkan ke kiri, kalau isteri tidur miring ke kanan umpan harus dilemparkan ke kanan. Sampai di situ, Almarhum terdiam sejenak. Semua hening
Saat hening itulah Sekda Zulkifli bertanya kalau isteri tidur telentang umpan dilemparkan kemana. “ Kalau isteri tidur telentang jangan pergi mancing,” kata Madiyusman seraya tertawa terpingkal-pingkal
Mendengar jawaban itu, semua yang duduk di sana ikut tertawa terpingkal-pingkal, bahkan Wakil Bupati Mursini tertawa sampai bercucuran air mata. Begitulah sosok almarhum, hari-harinya penuh canda dan tawa. Bersama almarhum, hampir tidak ada hari tanpa canda dan tawa.
Kini, kami di PWI Kuantan Singingi merasa sangat kehilangan. Madiyusman teman yang penuh canda, telah pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Selamat jalan kawan, semoga tenang dan mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah. Saya bersaksi kau adalah sahabat yang baik (said mustafa husin)
FOTO Dok PWI Kuansing
