Mungkinkah Pillada Kuansing akan Melahirkan Pemimpin yang Berkualitas

Pemred KuansingKita
“ Mudah-mudahan untuk pilkada kali ini, pemilih di Kuantan Singingi tidak terjebak dalam konsep transaksional”
Di negara maju, dalam pemilihan kepala daerah, pemilih dari kelompok menengah ke atas akan memberikan suaranya setelah menelaah secara kritis dan realistis visi misi pembangunan kandidat atau calon pilkada
Karena itu, visi misi kandidat di negara maju selalu fokus pada pembangunan  masyarakat yang adil dan setara, mencakup isu pendidikan, kesehatan dan keadilan sosial.
Sebab visi misi yang baik harus mencerminkan keseimbangan ekonomi, sosial dan politik. Jika tidak demikian, setiap program yang dijalankan akan menciptakan ketimpangan baru.
Visi misi yang ambisius tanpa mempedulikan keberlanjutan lingkungan dan pemerataan ekonomi bagi semua warga, tetap akan ditolak. Pasalnya visi misi seperti ini hanya akan dinikmati kalangan elite saja
Warga tetap akan terjebak dalam kemiskinan. Sehingga gap atau jurang pemisah antara kaya dan miskin akan semakin terbuka lebar. Visi misi yang ambisius akan memperburuk kesenjangan sosial
Karena itu, visi misi kandidat di negara maju, selalu  fokus pada pembangunan masyarakat. Sehingga setiap program yang dijalankan akan memperkuat martabat dan tatanan keutuhan masyarakat
Semua ini akan tercapai sepanjang program yang dijalankan bersentuhan langsung dengan kebutuhan nyata masyarakat atau visi misi memprioritaskan pembangunan masyarakat
Beginilah para pemilih di negara maju menelaah visi misi secara kritis dan realistis sebelum memberikan suara dalam pemilihan. Dan tentu saja hasilnya dipastikan berkualitas

Sementara di negara kita, terutama untuk pemilihan kepala daerah, pasangan calon tidak peduli dengan konsep visi misi, bagi mereka yang penting ada. Mereka mencari dukungan suara juga bukan dari konsep visi misi
Di Kuantan Singingi misalnya. Pasangan calon lebih mengutamakan bentuk pendekatan transaksional. Menawarkan janji-janji kepada pemilih, bahkan tidak jarang janji-janji itu bohong semua
Artinya pemilih di Kuantan Singingi cenderung memberikan suara atas pertimbangan transaksional, bukan dari cara menelaah secara kritis dan realistis visi misi kandidat yang akan dipilih.
Dari kondisi pemilih seperti ini, tim pemenangan masing-masing kubu bergeriliya mencari dukungan suara. Ada yang melakukan pendekatan melalui buhul-buhul masyarakat ataupun masyarakat yang terlembaga
Ya seperti tadi, mereka menawarkan janji-janji manis kepada pemilih. Mereka menawarkan sesuatu kepada pemilih yang hedonis ataupun konsumtif sebagai kompensasi suara yang akan diberikan
Bahkan ada juga kubu yang melakukan penekanan – penekanan struktural. Ini biasanya dilakukan petahana dengan ancaman ataupun kompensasi jabatan struktural. Kompensasi ini juga termasuk politik transaksional
Dalam pemilihan kepala daerah, ada banyak cara yang dilakukan tim pemenangan. Namun dari semua itu, hampir tidak ada pemilih yang memberikan suaranya berdasarkan telaah kritis visi misi
Dari fenomena ini, bisa dibayangkan kualitas pemimpin yang terpilih. Sehingga tidak usah heran, kalau hasil pilihan masyarakat ini, dalam menjalankan roda pemerintahan ataupun pembangunan tidak sesuai dengan harapan
Tapi begitulah, sepanjang pemilih masih berkutat pada konsep transaksional dalam memberikan pilihannya hasilnya tetap tidak sesuai harapan. Sebab kualitas pemimpin bagi pemilih hanya diukur dari nilai tranksaksional (said mustafa husin)
FOTO Ilustrasi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...