“ Ajang Porwanas XIII, Malang, Jawa Timur, sejatinya adalah ajang silaturahmi dan prestasi. Tapi bagi PWI Riau lebih dari itu, kesempatan bersama berada di Tanah Jawa dimanfaatkan untuk mengunjungi makam Wali Songo “
Sabtu dua pekan lampau, sebagian dari kontingen PWI Riau berangkat menggunakan bus meningalkan Kota Malang. Ketika itu pagi sangat dingin, maklum saja selama sepekan kontingen Riau berada di Kota Malang, bekas wilayah Kerajaan Kanjuruhan ini setiap hari diguyur hujan lebat
Dalam suhu yang dingin bus bergerak membelah pagi. melaju ke arah Surabaya, tapi bukan ke bandara Juanda. Bus dengan muatan 45 penumpang ini menuju Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya tepatnya ke kawasan makam Sunan Ampel
Tiba di Terminal Pegirian, rombongan turun dan langsung menuju kawasan makam Sunan Ampel. Jalan menuju kawasan makam, melewati koridor sempit, di depannya dibangun gerbang kecil. Di sepanjang koridor para pedagang membuka lapak, sehingga koridor menjadi semakin sempit untuk dilewati peziarah yang berjubel
Bisa jadi selama ini pengunjung seperti peziarah yang melewati gang itu sering berdesakan. Karena itu. di sepanjang koridor tampak bergantungan papan peringatan tentang aksi kejahatan copet jika pengunjung lengah saat berdesakan. Memang koridor itu sangat sesak oleh pengunjung terutama peziarah yang datang dan pulang
Di ujung koridor, berdiri Mesjid Sunan Ampel, di depannya ada bangunan tempat pengajaran bahasa Arab dan dakwah. Sebagian rombongan masuk ke arah makam, beberapa orang diantaranya nampak minum air dari sumur peninggalan Sunan Ampel, Tentu saja ini dilakukan seraya berharap mendapatkan berkah
Ada sejumlah wartawan yang mengambil wudhuk untuk sholat Dhuha. Dekat tempat mengambil wudhuk ada gapura. Gapura ini merupakan salah satu dari Gapura Limo. Untuk menuju kawasan makam peziarah memang harus melewati gapura paduraksa atau sering disebut Gapura Limo. Bahkan di kawasan makam Sunan Ampel juga ada petilasan Sunan Kali Jaga
Dirangkum dari sejumlah catatan, Sunan Ampel punya nama asli R. Ahmad Rahmatullah. Nama itu juga ditulis pada gerbang masuk menuju koridor. Sunan Ampel punya anak yang juga menjadi wali yakni Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Bahkan menantunya juga menjadi wali yakni Sunan Giri
Dari kawasan makam Sunan Ampel, rombongan menuju Gresik. Di kota semen Gresik ini, rombongan mengunjungi makam ayah Sunan Ampel yakni Maulana Malik Ibrahim. Beliau juga tokoh syiar Islam di Pulau Jawa atau salah satu dari wali songo.
Syeh Maulana Malik Ibrahim adalah wali tertua dari sembilan Wali Songo yang dikenal sebagai Sunan Gresik. Sunan Gresik atau Syeh Mulana Malik Ibrahim ayah dari Sunan Ampel. Sunan Gresik berdakwah pada era kesuraman Majapahit.
Untuk menjangkau kawasan makam Sunan Gresik, rombongan turun di terminal Maulana Malik Ibrahim, lalu naik angkot dengan harga tiket Rp 10 ribu untuk perjalanan pulang pergi. Setelah membeli tiket di terminal Syeh Maulana penumpang bisa naik angkot apa saja untuk kembali
Tidak lama di kawasan makam Maulana Malik Ibrahim, setelah jeprat-jepret berfoto pada spot yang memiliki nilai sejarah, rombongan kembali ke terminal untuk berangkat menuju makam Sunan Drajat di Lamongan
Sebelum bus masuk ke wilayah Kabupaten Lamongan, tepat dekat perbatasan Gresik – Lamongan, rombongan istirahat makan di sebuah restoran. Bagi anggota rombongan yang tidak terbiasa dengan perjalanan darat di Pulau Jawa memang akan sedikit terkejut makan di sini.
Makan di restoran dalam perjalanan darat di Pulau Jawa tidak sama dengan Sumatera. Kalau di Sumatera terutama di rumah makan Padang, pengunjung yang akan makan cukup menunggu di meja lalu dihidangkan. Tapi makan di restoran dalam perjalanan darat di Pulau Jawa, pengunjung mengambil hidangan prasmanan secara bergiliran atau berbaris dalam antrian yang panjang.
Selepas sholat zuhur, rombongan berangkat dari restoran melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Drajat di Lamongan. Sunan Drajat adalah anak dari Sunan Ampel dengan ibu yang berbeda dengan ibu Sunan Bonang
Tiba di terminal Paciran yang bersebelahan dengan kawasan makam Sunan Drajat, rombongan turun. Cukup jalan kaki sekitar 5 menit, masuk ke kawasan makam Sunan Drajat.
Dari tiga titik yang dikunjungi, seperti makam Sunan Ampel, makam Sunan Gresik dan makam Sunan Drajat, selalu dipenuhi para peziarah. Mereka secara bersama-sama duduk di dekat gerbang masuk makam melafazkan tahlil. Namun ada juga yang memilih berjalan-jalan di sekitar kawasan makam
Tapi hampir di setiap makam para wali, peziarah sengaja minum air dari sumur peninggalan wali. Seperti di kawasan makam Sunan Drajat juga ada air dari sumur peninggalan Sunan Drajat. Air ini juga dijual oleh warga dengan harga Rp 5 ribu untuk satu botol aqua.
Kehadiran pengunjung ke objek wisata religi ini memang sangat dimaanfaatkan warga. Mereka membuka lapak dagangan di sepanjang koridor menuju makam. Lapak dagangan itu menjual aneka parfum, tasbih, baju muslim, baju tradisional jawa termasuk blangkon, bahkan kaos dengan nama para wali
Namun selain menggelar lapak dagangan, banyak juga warga yang masih muda menyodorkan keranjang untuk wakaf. Ini ditemukan di semua lokasi makam para wali, mulai dari awal gerbang masuk hingga mendekati kawasaan makam, warga berbaris menyodorkan keranjang wakaf
Selepas dari makam Sunan Drajat, rombongan menuju Tuban. Rencananya akan mengunjungi makam Sunan Bonang di Tuban. Namun rencana ini batal lantaran di perbatasan Lamongan – Tuban, rombongan berhenti sejenak menikmati suasana pantai dengan puluhan kapal kayu penangkap ikan.
Saat memasuki kawasan pinggiran Tuban, senja sudah temaram, rombongan istirahat makan di sebuah restoran di pinggir wilayah Tuban. Rencana ke makam Sunan Bonang batal, bahkan ke makam Sunan Muriah juga batal lantaran saat rombongan melewati Lasem, Rembang, Pati, malam sudah gelap. Karena itu rombongan langsung menuju Kudus
Di Kudus, rombongan yang sudah mulai kelelahan istrahat tidur semalam di sebuah hotel. Paginya, usai sarapan, rombongan menuju kawasan makam Sunan Kudus. Sama dengan kawasan makam para wali lainnya, di kawasan makam Sunan Kudus juga banyak pedagang membuka lapak
Dari makam Sunan Kudus, rombongan berangkat ke Demak mengunjungi makam Sunan Kali Jaga. Tokoh syiar agama Islam di Pulau Jawa ini dikenal sebagai wali yang senang bepergian. Sunan Kali Jaga sering berpindah-pindah tempat dakwah.
Karena itu di kawasan makam para wali lainnya ada ditemukan petilasan Sunan Kali Jaga yakni peninggalan Sunan Kali Jaga yang sampai kini masih dirawat dengan baik seperti di kawasan makam Sunan Ampel, di kawasan makam Sunan Gunung Jati
Dari Demak, rombongan langsung menuju Cirebon. Perjalanan ini cukup melelahkan, namun kelelahan tidak begitu terasa karena didorong semangat ingin mengunjungi makam para wali. Tambah lagi di sepanjang perjalanan, rombongan yang menggunakan bus pariwisata ini bergantian melantunkan lagu melalui perangkat sound system karaoke. Mulai selepas makan siang di perbatasan Gresik- Lamongan, hingga bus menuju Cirebon, suasana riuh dalam bus terdengar tak henti-henti
Bus tiba di Cirebon menjelang Maghrib. Setelah menggelar pertemuan malam hari yang dilanjutkan pertemuan pagi hari, rombongan pulang menuju bandara Halim Perdana Kusuma. Namun sebelum berangkat ke Jakarta rombongan singgah di kawasan makam Sunan Gunung Jati.
Di kawasan makam Sunan Gunung Jati yang mempunyai nama asli Syarif Hidyatullah ini, dari kejauhan sudah terdengar lantunan suara peziarah melafazkan tahlil, bahkan sebelum zuhur, kawasan makam Sunan Gunung Jati sudah dipenuhi peziarah.
Dari kawasan makam Sunan Gunung Jati ini rombongan berangkat menuju Jakarta untuk kembali ke Riau. Berbagai barang bawaan dan bagasi rombongan sudah dinaikkan ke atas bus sebelum mengunjungi makam Sunan Gunung Jati
Kendati ada tiga makam wali songo yang tidak sempat dikunjungi seperti makam Sunan Giri, Makam Sunan Bonang dan makam Sunan Muriah, namun perjalanan religi mengunjungi makam wali songo ini terasa sangat indah di dalam bathin.
Ketua PWI Riau, Zulmansyah Sekedang, mengatakan hanya ini kesempatan bagi wartawan PWI Riau secara bersama mengunjungi makam wali songo. Karena itu, sebut Zulmansyah agenda mengunjungi makam para wali sudah dijadwalkan sejak sebelum berangkat ke Porwanas, Malang.
“ Perjalanan mengunjungi makam wali songo ini memang sudah diagendakan sejak awal. Biarpun perjalanan ini melelahkan secara pisik, tapi sangat menyegarkan bathin,” kata Zulmansyah Sekedang, tokoh pers Riau yang konon akan ikut berkontestasi dalam pemilihan Ketua Umum PWI Pusat priode mendatang.*****