TELUKKUANTAN (KuansingKita) -Jika tak ada aral merintang, pertengahan Juli 2021 ini, PWI Riau akan menggelar ekspedisi TNTN dan TNBT. Para jurnalis yang memiliki keterampilan dalam teknik penulisan indepth news dan literary juornalisme akan diterjunkan ke TNTN dan TNBT
Mengutip grup Whatsapp PWI Riau, Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang mewajibkan setiap peserta membuat tulisan indepth news. Ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi TNTN dan TNBT saat ini serta mengulas lebih dalam berbagai permasalahan yang dihadapi.
“ Setiap peserta diwajibkan membuat tulisan indepth news,” kata Ketua PWI Riau, Zulmansyah Sekedang
Dari 50 quota peserta yang dibuka PWI Riau, sampai Kamis (17/6/2021) malam baru terisi 35 peserta. Sebagian besar mereka adalah para jurnalis yang sudah malang melintang dalam teknik penulisan indepth news. Bahkan diantaranya banyak yang sudah berkali-kali terjun dalam ekspedisi
Dari sejumlah peserta yang sudah terdaftar ada nama Irwan E Siregar mantan wartawan Tempo dan Gatra, Helmi Burman, sesepuh Riau Pos, Fendri Jaswir mantan wartawan Gatra, ada juga Andi Noviriyanti yang pernah terjun dalam ekspedisi Talang Mamak
Selain itu, ada nama Harry B Koriun dari Riau Pos yang juga dikenal sebagai sastrawan. Dalam sebuah program nasional tahun 2019, Harry bersama sejumlah sastrawan nasional diterjunkan ke daerah terpencil. Penulis Novel Jejak Hujan dan Luka Tanah ini diterjunkan ke Raijua, Nusa Tenggara Timur.
Wartawan Riau Pos yang juga Presiden Penyair Perempuan Indonesia, Kunni Masrohanti ikut terlibat dalam ekspedisi TNTN dan TNBT. Bahkan Kunni telah diterjunkan lebih dulu ke lapangan untuk berbagai persiapan ekspedisi. Syukur Alhamdulillah, KuansingKita juga akan terlibat dalam ekspedisi ini
Dirangkum dari berbagai sumber, Taman Nasional Teso Nilo (TNTN) adalah bekas HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang berada dalam wilayah Kabupaten Inderagiri Hulu dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Taman Nasional seluas 38.576 hektar ini diresmikan 19 Juli 2004. Hingga kini masih dikelilingi HPH
Dalam kawasan Taman Nasional Teso Nilo terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 genre atau marga dan 57 tribes atau suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia.
Tesso Nillo salah satu dari sisa hutan hujan dataran rendah. Kawasan ini merupakan Subdas aliran Sungai Teso dan Sungai Nilo. Taman Nasional Teso Nilo memiliki populasi 60-80 ekor gajah Sumatera dan merupakan kawasan konservasi gajah. Kawasan TNTN juga menjadi habitat Harimau Sumatera
Sedangkan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) terbentang di wilayah Kabupaten Inderagiri Hulu dan Kabupaten Inderagiri Hilir, Provinsi Riau serta Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Bukit Tiga Puluh ditetapkan sebagai Taman Nasional tahun 1995 lalu lewat SK Menhut Nomor 539/KPTS-II/1995
TNBT memiliki luas 143.143 hektare. Secara ekologis, TNBT merupakan kawasan yang memiliki tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah, sehingga mempunyai keragaman hayati yang tinggi. Hampir seluruh spesies flora dan fauna di Pulau Sumatera, terdapat di kawasan TNBT. Kawasan ini juga menjadi tempat tinggal bagi Orang Rimba dan Talang Mamak
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh kini mendapat ancaman serius deforestasi dari penebangan hutan ilegal untuk perkebunan kelapa sawit. Menyusutnya habitat kawasan ini, mengakibatkan konflik antara gajah dan manusia meningkat 4 kali lipat selama 10 tahun terakhir.
Mengutip data Frankfurt Zoological Society, pada tahun 2018 saja terjadi 346 konflik gajah dan manusia yang mengakibatkan 9.161 pohon karet dan sawit tumbang. Selain itu tercatat 2.475 batang tanaman lainnya yang rusak dan pondok yang diobrak-abrik. Dalam konflik ini terjadi kematian seekor gajah Sumatera. Ini terjadi karena menyusutnya tutupan hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat gajah Sumatera. (smh)
Gambar Utama : Taman Nasional Bukti Tiga Puluh (Foto Istimewa)