Sempena Hari Lingkungan Hidup Mardianto Bicara Alam dan Budaya Pacu Jalur

TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Bersempena Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2021, Environmental Activist atau aktivis Lingkungan Hidup yang kini menjadi anggota DPRD Riau, Ir Mardianto Manan, MT mengajak masyarakat Kuansing mencintai alam melalui upaya melestarikan alam dengan motto “Back to Nature” atau “Kembali ke Alam”
Ketika dihubungi KuansingKita, Ir Mardianto Manan, MT mengaku sangat prihatin dengan kondisi alam saat ini.  Ia mengatakan kini perut alam sudah terkoyak-koyak, sudah punah ranah oleh ketamakan manusia. Ini disebabkan rendahnya rasa cinta masyarakat terhadap alam dan lingkungannya
Dalam momen Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang mengusung tema “Restorasi Ekosistem”, Mardianto dalam perbincangannya seakan mengajak masyarakat Kuansing untuk merenungkan tentang kearifan lokal Kuansing yang sangat bijak. Kearifan lokal yang sangat menghormati dan mencintai alam.
Ia mengisahkan budaya yang sangat dibanggakan masyarakat Kuansing saat ini adalah budaya pacu jalur. Untuk memeriahkan hajatan budaya ini seluruh desa seakan diwajibkan membuat jalur. Lalu warga desa beramai-ramai pergi ke hutan menebang pohon, gagal satu ditebang lagi yang lain tanpa menghiraukan alam dan lingkungannya
Padahal kata Mardianto, menebang pohon untuk membuat jalur pada masa lalu tidak boleh ceroboh dan semberonoh. Setelah kayu ditemukan warga, lalu dipanggil Tetuah Kampung yang faham tentang kondisi kayu di hutan. Apakah kayu itu bisa dibuat jalur atau tidak bisa karena berlobang. Ini sudah terjawab sebelum kayu ditebang
Saat akan menebang kayu, ada prosesi ritual yang disebut “Melambe”. Seorang Tetuah Kampung meminta izin untuk menebang kayu dan mengucapkan janji untuk menggantinya dengan kayu lain yang akan ditanam. Saat itulah dilepaskan seekor ayam hitam sebagai bukti atas janji yang diucapkan
Artinya kata Mardianto, masyarakat Kuansing pada masa lalu sudah memahami makna dari pelestraian lingkungan. Masyarakat Kuansing masa lalu, sangat menyadari bahwa bumi ini bukan milik kita, tapi milik generasi yang akan datang yang dititipkan kepada generasi yang hidup saat ini. Karena itu harus dirawat dan dilestarikan
Mardianto merasa heran, kenapa sikap dan prilaku orang- orang tua Kuansing di masa lalu yang begitu arif dan bijaksana tidak diwarisi generasi sekarang. Kini sebagian masyarakat Kuansing sangat tidak peduli dengan lingkungan, sesukanya merusak alam. Padahal masih ada generasi nanti.
“ Apakah kita tega membiarkan generasi nanti hidup dalam alam yang punah ranah. Generasi nanti itu anak cucu kita,” tandas Mardianto (smh)

Gambar Utama : Ilustrasi pacu jalur (Isitimewa)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...