TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Mantan wartawan Riau Pos untuk Liputan Jakarta, Erisman Yahya dilantik bersama 500 pejabat eselon III dan IV di lingkungan Pemrov Riau, Selasa (7/1/2019) kemarin.
Erisman Yahya ketika pertama kali bertugas sebagai ASN adalah staff Badan Penguhubung Provinsi Riau di Jakarta. Kini putra asal Pangean, Kuansing ini akan kembali ke tempat tugasnya semula.
Erisman Yahya dilantik sebagai Kepala Badan Penghubung Provinsi Riau di Jakarta. Erisman menempati tempat tugas baru menggantikan T Fawani Delifia. “ Saya kembali ke tempat tugas semula,”kata Erisman kepada KuansingKita Rabu pagi ini.
Ia menuturkan, pelantikan ini merupakan amanah yang harus dijalankan dengan sebaik mungkin. Apalagi tugas yang diemban cukup berat seperti menjadi alur komunikasi untuk urusan pemerintah daerah ke pemerintah pusat, begitupun sebaliknya.
“Syukur alhamdulillah, saya dipercaya sebagai perpanjang tangan Pemprov Riau di pusat. Untuk tugas ini, sekalipun berat, saya akan jalankan dengan niat yang ikhlas. Saya yakin Allah akan memudahkan semuanya,” kata mantan Sekretaris Komisi Informasi (KI) Provinsi Riau ini
Kendati begitu, Erisman juga sangat berharap dukungan seluruh pihak, baik dari media, mahasiwa, masyarakat dan para tokoh Riau di Jakarta untuk bersinergi demi kemajuan Riau kedepannya.
“Mohon dukungan dan kerjasamanya untuk semua pihak khususnya masyarakat dan tokoh Riau yang ada di Jakarta untuk bersinergi dan menyatukan semangat untuk Riau lebih baik,” tandasnya.
Pelantikan Erisman Yahya ini juga sangat diapresiasi oleh tokoh jurnalis Riau, Fendri Jaswir. Mantan wartawan media nasional, Majalah Gatra ini menilai sebagai jurnalis Erisman punya idealisme yang kuat. Dan ini modal dasar sebagai wartawan. Idealisme ini dipupuknya sampai hari ini.
“ Idealisme itulah yang membuat daya kritis Erisman tidak luntur sampai hari ini walaupun dia sudah menjadi pegawai negeri dan memegang jabatan penting,” kata Fendri Jaswir.
Fendri menyebutkan daya kritis itu dapat dilihat dari tulisan yang dibuat Erisman baik di media mainstream maupun media sosial. Kadangkala saking kritis dan terbukanya, Erisman menohok ke sana ke mari, dan lupa bahwa dia pegawai negeri dan abdi negara.
“Saya berharap Erisman tetap memelihara idelisme dan daya kritis tersebut secara konsisten. Sebab, di situlah jati diri seseorang dapat dinilai. Namun tetap memperhatikan sosoknya sebagai pegawai negeri yang manut tegak lurus,” pesan Fendri Jaswir.(kkc)