SALAM REDAKSI – Teka-teki tentang kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya ke Kuansing kini terjawab sudah. Selasa (20/8/2019) sekitar pukul 16.50 wib, Menteri Arief Yahya beserta rombongan tiba di Kuansing.
Rabu pagi ini, Menteri yang juga didampingi Gubernur Riau Syamsuar mengikuti prosesi budaya seperti maelo jalur di kawasan Pulau Bungin, Desa Koto Taluk, menaiki perahu hias gulang-gulang serta berbagai prosesi budaya lainnya.
Kedatangan Menteri Arief Yahya ke Kuansing ini tentu saja membersitkan secercah harapan bagi pemerintah daerah maupun bagi masyarakat Kuansing. Kucuran dana pusat untuk membangun berbagai destinasi wisata di Kuansing, sangat diharapkan Pemerintah Kabupaten.
Dan harapan itupun secara tersirat telah disampaikan Sekda Dianto Mampanini dalam pertemuannya dengan Menteri Arief Yahya, Gubernur Syamsuar, Wakil Bupati H.Halim di Kantor Bupati Kuantan Singingi, sesaat setelah Menteri dan rombongan mendarat di bumi jalur ini.
Sedangkan bagi masyarakat Kuansing, budaya pacu jalur ini hendaknya lebih dikenal luas di seantero dunia. Wisatawan mancanegara hendaknya bisa mengenal pacu jalur seperti mereka mengenal Pulau Bali dengan objek wisata alam. Itu harapan masyarakat.
Masyarakat Kuansing dipastikan akan merasa terangkat marwahnya ketika budaya leluhur mereka dikenal di seantero dunia. Pacu jalur adalah budaya yang nyaris tidak ditemukan di belahan dunia lain. Kalaupun ada yang mirip, itu hanya ada di danau Tonle Sap Kamboja.
Budaya yang begitu unik, sudah bertahun-tahun digelar secara kolosal tapi tidak juga dikenal secara akrab oleh turis mancanegara, dimana letak kesalahannya. Prosesi “Siram-siraman Air” saja di Kamboja dan Thailand dikunjungi jutaan turis mancanegara.
Tidak usahlah jauh-jauh, prosesi “Bakar Tongkang” di Kabupaten Rokan Hilir, Riau saja dikunjungi turis mancanegara. Kenapa budaya unik yang sulit ditemukan di tempat lain di belahan dunia ini bisa sepi turis mancanegara. Padahal turis mancanegara memburu objek wisata yang unik.
Nah, kenapa pacu jalur sepi dari turis mancanegara. Sebenarnya ini sudah terjawab dari “rengekan” Sekda Dianto kepada Menteri Arief Yahya minta ditunjuk ajar tentang bagaimana membuat pacu jalur “Booming” di dunia. Dari sini bisa difahami bahwa pengelolaan objek wisata budaya pacu jalur selama ini tanpa konsep yang jelas.
Artinya permasalahan atau benang kusut promosi budaya pacu jalur ini tidak akan kunjung selesai. Pasalnya setiap tahun kita hanya berkutat dengan kerja tanpa konsep yang jelas. Untuk itu, kita berharap kedepan pemerintah daerah harus mulai menyusun konsep yang jelas, terukur dan terarah, sehingga pacu jalur “booming” di dunia.
Sebelum menyusun konsep, perlu tampaknya dititipkan satu catatan. Konsep yang diusung nanti harus pula mengedepankan Multiplier Effect dan Trickle-down Effect yang dampak positifnya secara ekonomi menetes ke rakyat bawah. Artinya pacu jalur bisa membawa berkah secara ekonomi kepada masyarakat.
Karena itu, perlu digaris-bawahi bahwa konsep yang diusung nanti, harus didukung kajian secara holistik, bukan konsep parsial atau sepotong-sepotong seperti yang dilakukan selama ini. Berfoto dengan bule disuruh bicara “salam kayuah” lantas digembar-gemborkan pacu jalur sudah mendunia. Itu sih bukan konsep namanya bapak. ***