SALAM REDAKSI – Mursini, Halim dan Andi Putra. Nama-nama ini rasanya tak akan bergeser jauh dari nama yang akan mengisi bursa calon kepala daerah dalam Pilkada Kuansing 2020 nanti.
Boleh saja nama lain dari ketiga nama itu akan muncul atau dimunculkan untuk bertarung dalam Pilkada nanti. Tapi rasanya itu hanya sensasi kalau tidak mau disebut sebagai langkah yang keliru.
Kenapa keliru. Di luar ketiga nama itu, tentu harus rela menghamburkan dana cuma-cuma sekita Rp 3 miliar hingga Rp 5 miliar untuk sosialisasi agar popularitasnya setara dengan tiga nama tadi.
Mursini, Halim dan Andi Putra memiliki popularitas yang tinggi dan setara di tengah masyarakat Kuansing. Sulit mencari masyarakat Kuansing yang tidak pernah mengenal nama ketiganya.
Ketiganya juga sudah memiliki jaringan dukungan politik di berbagai lapisan masyarakat dan diberbagai wilayah atau daerah pemilihan. Ini juga akan menjadi beban untuk calon di luar tiga nama tadi.
Calon yang dimunculkan di luar ketiga nama ini, selain membutuhkankan kost untuk sosialisasi popularitas, juga butuh biaya lagi untuk membangun jaringan dukungan politik.
Artinya, probabilitas calon di luar tiga nama tadi sangat jauh teringgal dibawah Mursini, Halim dan Andi Putra. Dan dipastikan pula calon itu tak akan mampu bergerak maksimal karna terbatasnya jaringan.
Kalau benar hanya ketiga nama tadi yang akan mengisi bursa calon kepala daerah dalam Pilkada Kuansing mendatang, lantas siapa calon yang paling berpeluang menjadi pemenang.
Untuk menentukan pemenang pilkada mengitungnya harus dimulai dari probabilitas. Setelah itu baru menyimak metoda gerakan dalam menjaring dukungan suara.
Seperti dipaparkan tadi, ketiga nama ini,Mursini, Halim dan Andi Putra memiliki popularitas yang sama serta memiliki probabilitas yang sama pula.
Ketiganya sudah memiliki jaringan dukungan politik yang sama kuat. Mereka memiliki jaringan dalam berbagai elemen di berbagai wilayah pemilihan.
Namun demikian, ketiganya tidak bisa mengkalim bahwa dirinya lebih kuat dari yang lain atau menyatakan yang lain tidak kuat karena tersandung berbagai hambatan kepercayaan publik.
Baik Mursini, Halim maupun Andi Putra, semuanya memiliki hambatan dalam bentuk kepercayaan publik. Ini harus mereka benahi dari awal sebelum melangkah menyusun kekuatan dukungan.
Jika dari ketiga nama ini, ada yang abai atau tidak peduli dengan kepercayaan publik, maka resikonya adalah kegagalan atau dipastikan kalah dalam bertarung nanti.
Ada baiknya kita kutip kembali pandangan Charles Maurice de Talleyrand yakni seorang diplomat Perancis yang berkiprah di masa rezim Louis ke XVI.
Diplomat yang paling berpengaruh dalam sejarah Eropah ini menekankan tentang perlunya membangun kepercayaan publik dalam politik.
Ia mengatakan . “Dalam perpolitikan, apa yang menjadi keyakinan publik akan lebih penting daripada apa yang sebenarnya terjadi “.
Mursini terhambat oleh keyakinan publik bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan pembangunan secara maksimal. Padahal yang terjadi bukanlah demikian. Banyak pembangunan yang sudah dilaksanakan sesuai dengan kemampuan anggaran daerah.
Karena itu, Mursini harus meluruskan pandangan yang sudah menjadi keyakinan publik. Itulah langkah awal yang harus dibenahi jika Mursini ingin mencalonkan diri dalam Pilkada nanti.
H.Halim juga punya masalah tentang keyakinan publik. Dalam masa kampanye MH dulu, sosok yang paling banyak berjanji adalah H.Halim. Namun sebagian besar janjinya tidak ditepati.
Ini sudah menjadi keyakinan publik bahwa sosok H.Halim harus hati-hati untuk bisa dipercaya. Karena publik sudah pasti tidak ingin menjadi “keledai yang bodoh” terperosok dua kali di lubang yang sama.
Sebenarnya, H. Halim tentu punya alasan kenapa janji-janji itu tidak mampu direalisasikan. Inilah yang harus dijelaskan kepada publik secara berulang-ulang untuk mematahkan keyakinan publik.
Andi Putra juga harus bekerja sejak awal. Sekalipun politisi ini berhasil meraup suara terbanyak dalam dua priode pemilu, namun dia bisa saja kalah dalam Pilkada jika abai dengan keyakinan publik.
Andi Putra harus meyakinkan publik bahwa dirinya adalah Andi Putra seorang tokoh politik muda, Kuansing. Ini harus dilakukan disetiap kesempatan.
Andi Putra harus membangun “keyakinan publik” bahwa dirinya tidak dibayang-bayangi oleh H. Sukarmis yang selalu gagal dalam membina pasangan.
Jika ketiga nama tadi, abai dengan hambatan yang sudah menjadi “keyakinan public” maka sangat diyakini mereka akan gagal atau kalah dalam bertarung nanti.
Karena itu, sebelum memulai gerakan menjaring dukungan, ketiganya harus bekerja untuk mematahkan “keyakinan publik” dengan cara menjelaskan kepada publik dengan bahasa yang bisa mereka mengerti.
Itulah langkah awal yang tepat jika ingin unggul dalam Pilkada Kuansing nanti.