Kenapa Wabup H.Halim Mengawali Gerakannya dengan Langkah yang Keliru

SALAM REDAKSI – Sangat disayangkan, kalau saja Wabup H Halim yang sejak jauh hari sudah mempersiapkan diri serta sudah menyatakan bahwa dirinya akan maju dalam Pilkada 2020 nanti, akhirnya terpaksa menghadapi banyak rintangan karena kekeliruan yang dilakukannya sendiri.
Sebab tanpa disadari Wabup H.Halim telah mengawali gerakannya dengan langkah-langkah yang keliru. Melalui media massa, Ia telah mempertontonkan kehadapan publik sikapnya yang labil dalam menentukan pasangan calon sebagai wakil bupati. Padahal rakyat dimanapun tidak suka pemimpin yang labil.

Lebih sepekan lampau, Wabup H.Halim “mengiyakan” kalau pasangannya dalam Pilkada 2020 nanti adalah seorang pengusaha dari daerah hilir Kuansing. Ia bahkan menyebutkan di media massa usia dan gambaran identitas lainnya dari pasangannya.
Beberapa hari lalu, Wabup H.Halim berubah lagi. Halim ternyata “mengiyakan” pula kalau dirinya akan berpasangan dengan seorang tokoh muda dari Kuantan Hilir, Fahdiansyah Ukup. Calon pasangan ini juga dipublikasikan di media massa. Inilah yang membuat Wabup H.Halim terkesan labil.

Penulis Marketing Politic, Butler& Collins secara gamblang menyebutkan bahwa pemasaran politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan untuk tujuan membangun “kepercayaan publik”. Sementara Wabup H.Halim sejak awal telah membuat publik kebingungan dengan pernyataan di media massa.
Sepintas hal itu memang terlihat remeh. Namun Butler&Collins menegaskan public akan mencatat dan menyimpan dalam memorinya untuk dijadikan bahan penilaian semua kegiatan politik, wacana politik yang dilakukan dalam proses marketing politik. Sementara publikasi di media massa adalah bagian dari proses marketing politik.

Seorang diplomat Perancis yang berkiprah di masa rezim Louis ke XVI dan tercatat sebagai diplomat yang paling berpengaruh dalam sejarah Eropah, Charles Maurice de Talleyrand mengingatkan tentang kepercayaan publik. “Dalam perpolitikan, apa yang menjadi keyakinan publik akan lebih penting daripada apa yang sebenarnya terjadi “.
Jika Wabup Halim di mata publik terlihat sebagai sosok yang labil tentu ini akan mengundang banyak resiko. Wabup Halim akan kesulitan mencari dukungan publik untuk memenangkan Pilkada nanti. Soalnya, jika publik sudah terlanjur tidak percaya maka akan sulit untuk merangkulnya dijadikan pendukung. Bahkan konstituen dalam posisi seperti ini dibeli pun suaranya tetap tidak akan memilih kita.

Banyak yang beranggapan, apa yang tengah terjadi saat ini tidak akan sampai mempengaruhi pemilih di tingkat akar rumput. Sebab mereka berada pada ruang dengan informasi yang terbatas. Anggapan seperti inilah yang sangat keliru. Isu politik menjalar seperti gerakan air merendam wilayah yang lebih rendah.  Isu politik bersumber dari kalangan intelektual menjalar ke akar rumput.
Buruknya lagi, jika air merendam wilayah yang lebih rendah masih bergerak dalam bentuk dan warna yang sama dengan sebelumnya, tapi isu politik ketika menjalar ke wilayah yang lebih rendah akan berubah semakin buruk dan semakin buruk karena selalu dibumbui dengan informasi keliru. Dan yang sangat mengerikan isu politik akan bergerak lebih lama durasinya dari proses politik itu sendiri.

Karena itu, dalam proses memilih pasangan untuk calon Pilkada nanti,  Wabup Halim sebaiknya menghindari publikasi media massa. Sebab untuk menetapkan pasangan tentu membutuhkan banyak pertimbangan dan akan selalu meraba-raba untuk mencari yang terbaik. Nah untuk proses mencari ini sebaiknya tidak perlu dipublikasikan di media massa. Untuk ini hanya satu kata saja “No Coment”.***

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...