TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Usaha budidaya perikanan di Kuansing pada tahun 2018 lalu sempat terguncang oleh tingginya tingkat kematian ikan secara mendadak di sejumlah kolam budidaya.
Kendati kini tingkat ancaman kematian ikan secara mendadak berangsur turun, namun kondisinya belum lagi pulih sepenuhnya seperti sediakala.
Plt Kepala Dinas Perikanan Kuansing, Ir Fabri Komara,MS kepada KuansingKita mengungkapkan pada tahun 2018 lalu, tingkat kematian ikan secara mendadak di sejumlah kolam budidaya di Kuansing mencapai 32, 325 ton. “ Ini tentu sangat merugikan pelaku usaha perikanan budidaya,” ujarnya
Untuk mengatasi kondisi buruk ini menurut Fabri Komara pada 25 Maret lalu, pihaknya telah mendatangkan tim dari Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pekanbaru. Tim didatangkan untuk memastikan penyebab kematian ikan secara mendadak di Kuansing.
Bahkan pada 15 April lalu, Dirjen Perikanan Budidaya, KKP serta Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau telah turun ke Kuansing. Hanya saja kata Fabri Komara sampai saat ini Dinas Perikanan Kuansing belum mendapatkan jawaban tentang penyebab kematian ikan.
Fabri mengungkapkan untuk mengatasi serangan penyakit yang diduga menjadi penyebab kematian ikan secara mendadak, Dinas Perikanan Kuansing kini mulai menerapkan dan menggalakkan pola budidaya polyculture. Setiap kolam budidaya diisi dengan ikan sedikitnya dua jenis ikan, misalnya nila dan ikan mas. Ini katanya sudah dilakukan di sejumlah titik di Kuansing.
Selain itu, Dinas Perikanan juga memberikan penyuluhan kepada pelaku usaha perikanan budidaya agar menerapkan CBIB atau Cara Budidaya Ikan yang Baik. Maklum saja katanya saat ini di Kuansing banyak sekali kolam budidaya dibangun dari bekas galian PETI. Sehingga banyak kaidah-kaidah budidaya perikanan yang terabaikan oleh pelaku usaha perikanan budidaya.
Kendati begitu, Fabri memaparkan produksi perikanan budidaya di Kuansing pada tahun 2018 mencapai 3.951,422 ton. Produksi 2018 ini mengalami peningkatan dibanding produksi tahun 2017 sebesar 3.834,803 ton. Produksi tertinggi di Kecamatan Kuantan Tengah mencapai 1.487,130 ton, kemudian menyusul Kecamatan Sentajo Raya sebesar 689,071 ton.
Fabri menambahkan tingkat konsumsi atau tingkat kebutuhan ikan di Kuansing mencapai 9.805 ton per tahun dengan rasio 38 kilogram per kapita. Sementara total produksi perikanan tangkap dan budidaya sekitar 4.451,87 ton per tahun. Sehingga menurut Fabri peluang untuk usaha budidaya masih terbuka lebar jika mencermati perbandingan tingkat konsumsi dan total produksi.
Karena itu kata pria pindahan dari Aceh ini, Dinas Perikanan Kuansing kini tengah memacu produksi ikan budidaya melalui berbagai upaya seperti upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Ini dilakukan dengan pencetakan kolam baru dan pemberian stimulan kepada petani perikanan budidaya. “ Peluang masih besar, produksi perlu dipacu,” ujar Fabri.(kkc)