SALAM REDAKSI – Sejak pemungutan suara selesai 17 April lalu, negeri ini mulai diributkan oleh “intrik” dan “ketidaktahuan”. Sumber keributan adalah quick count, real count dan exit poll. Keributan bukan saja di kalangan elite atau para petinggi negeri ini, tapi juga merambah ke akar rumput seperti perbincangan di Kedai Kopi.
Kenapa “intrik” dan “ketidaktahuan” disebut biang keributan. Di tingkat elite atau para petinggi negeri ini, keributan mereka tidak bergeser jauh dari ranah intrik-intrik politik. Keributan di tingkat elite adalah “billiard effect”. Memukul bola 1 untuk memasukkan bola 15. Jadi di tingkat elite keributan bukan karena mereka tidak memahami quick count, real count dan exit poll.
Ini sangat berbeda dengan keributan di tingkat akar rumput atau keributan dalam perbincangan di Kedai Kopi. Di tingkat akar rumput keributan dipicu oleh “ketidaktahuan” mereka dari masalah yang dibahas. Mereka berdebat dalam kondisi tidak faham, apa itu quick count, real count dan exit poll. Karena itu sering terdengar berbagai keluhan tentang hasil pilpres.
Diantara keluhan yang sering terdengar, misalnya “ Suara kan belum dihitung semua, mana mungkin bisa menentukan persentasenya”. Inilah keluhan atau alasan yang sering terdengar dalam perdebatan di tingkat akar rumput ketika mereka membahas hasil quick count. Padahal untuk mengetahui hasil quick count tidak perlu menunggu suara masuk semua.
Dan ada lagi terdengar “ Peduto TV ge ma”. Ini terdengar saat mereka membahas hasil “real count”, padahal ketika itu suara baru masuk 30 persen. Sebenarnya, untuk tahu hasil real count suara harus masuk 100 persen. Begitu juga ketika membahas hasil exit poll yang metodanya seakan mereka-reka hasil pemilu lewat bertanya kepada pemilih.
SALAM REDKASI kali ini akan menjelaskan secara sepintas tentang quick count, real count dan exit poll. Quick count atau hitung cepat adalah metode verifikasi hasil pemilu yang dilakukan dengan menghitung persentase hasil pemilu di TPS yang dijadikan sampel.
Untuk memilih sampel bukan dilakukan seperti dalam metoda survey multistage random sampling, sampel quick count memang dipilih secara acak tapi harus memenuhi unsur keterwakilan. Karena itu, sekalipun quick count hanya gambaran dari sebuah hasil tapi memiliki akurasi tinggi.
Metoda quick count adalah penggabungan matematik dan statistik terapan. Dalam menetukan hasil hitung cepat, quick count menerapkan “teknik sampling probabilitas” yaitu metode statistika yang cukup mengambil sedikit populasi untuk megeneralisir keseluruhan populasi.
Hasil quick count menjadi semakin akurat karena didukung dengan teori probabilitas. Teori probabilitas adalah teori tentang “peluang” atau “kebolehjadian”. Teori probabilitas yaitu teori yang mampu mengungkapkan bahwa sesuatu akan terjadi atau telah terjadi. Karena itu teori probabilitas sering pula digabungkan dengan analisa keuangan yang sangat dikuasai Sandiaga Uno.
Konsep probabilitas dalam quick count dirumuskan secara ketat dalam matematik. Jadi probabilitas adalah angka yang menunjukan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dengan menggunakan nilai 1 dan 0. Kejadian yang memiliki nilai probabilitas 1 adalah kejadian yang pasti terjadi. Sedangkan kejadian yang memiliki nilai 0 adalah mustahil atau tidak mungkin akan terjadi. Sebenarnya, probabilitas dalam matematika sudah dikenal sejak SMP dalam menghitung peluang mata dadu.
Jadi untuk jelasnya, quick count adalah metoda penghitungan cepat dengan menggunakan teori statistika dan probabilitas. Untuk tahu persentase hasil pemilu, quick count tidak perlu menunggu suara masuk 100 persen. Quick count menghitung persentase hasil hanya menggunakan sampel dengan menerapkan teknik sampling probabiltas. Karena itu hasil quick count bisa ditayangkan lebih cepat.
Sedangkan real count adalah hitungan riil. Artinya untuk menentukan hasil real count suara harus masuk 100 persen. Inilah yang sering diributkan, ketika televisi menayangkan real count KPU dengan suara masuk 30 persen, langsung ribut “ peduto tv ge ma”. Padahal real count KPU yang ditayangkan televisi itu adalah posisi hasil pemilihan saat suara masuk 30 persen.
Untuk mendapatkan hasil real count, suara masuk harus 100 persen karena ini hitungan riil. Berbeda dengan quick count, hasil real count ini baru bisa didapat setelah menunggu berhari-hari. Jadi tidak ada rumus dalam real count. Hasil real count menunggu suara masuk 100 persen. Sedangkan exit poll memang menggunakan rumus juga, tapi sampelnya bukan diambil dari hasil TPS seperti quick count. Sampel exit poll seperti survey, diambil lewat wawancara dengan pemilih “ kamu tadi pilih apa?”.
Apapun bentuk hitung-hitungan di atas, ada satu hal yang perlu difahami bahwa semua itu bukanlah hasil penghitungan resmi KPU. Jadi siapa pemenangnya nanti akan ditentukan oleh hasil pleno rekapitulasi penghitungan perolehan suara secara nasional berdasarkan penghitungan KPU pada setiap jenjangnya. Sehingga metoda penghitungan KPU disebut manual berenjang. Penghitungan berjenjang sudah dimulai dalam pleno PPK kemaren. Jadi mau tau hasil akhir pilpres sesungguhnya, tunggu saja pleno 22 mei nanti, karena itulah penghitungan resmi KPU, bukan quick count, real count atau exit poll. Semoga bermanfaat***