Psikolog Muda Lya Fahmi Bicara : Kenapa Pasangan Suka Berselingkuh

TELUKKUANTAN (KuansingKita.com) – Perselingkuhan adalah bentuk penyimpangan dalam rumah tangga. Perselingkuhan biasanya ditandai dengan perubahan sikap. Perubahan yang sering terjadi pada pelaku perselingkuhan adalah kecenderungan untuk merahasiakan sesuatu, bertindak defensif dan berbohong.
Namun demikian, sebagaian besar pelaku perselingkuhan ternyata masih sangat mencintai pasangannya. Untuk kasus tertentu, pelaku perselingkuhan hanya ingin mencari sensasi lain yang tidak ditemukannya dalam hubungan dengan pasangannya di rumah tangga. Sementara rasa cinta atau rasa kasih sayangnya terhadap pasangan tidak mutlak luntur.
Psikolog Muda asal Kuansing yang masih berdomisili di Jogjakarta, Muflihah Fahmi atau lebih akrab disapa Lya Fahmi kepada KuansingKita menjelaskan tidak mudah untuk mengambil kesimpulan dari pelaku perselingkuhan kalau hanya didukung dengan “raw data”  atau data mentah hasil dari pencatatan peristiwa atau karakteristik elemen yang belum diolah maupun dianalisa.
Namun demikian, Magister Profesi Psikologi Klinis lulusan UGM ini menjelaskan untuk kasus tertentu perselingkuhan bisa disebabkan adrenalin. Adrenalin adalah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan atau kecepatan gerak tubuh. Adrenalin juga memicu reaksi terhadap efek lingkungan.
Reaksi yang sering dirasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin serta sensasi keterkejutan. Reaksi ini dalam batas tertentu menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, pengalaman ini bisa membuat ketagihan yang biasa disebut adrenaline junkie.
Terkait kasus perselingkuhan yang selalu memilih pasangan wanita bersuami, untuk kasus tertentu bisa disebabkan adrenalin. Hubungan yang dilakukan secara sembunyi meningkatkan adrenalin, membuat hubungan jadi lebih mendebarkan. Pengalaman ini membuat pelaku perselingkuhan menjadi ketagihan yang disebut adrenaline junkie.
Memang kata Lya, melakukan hubungan seks dengan satu pasangan secara terus menerus menimbulkan kebosanan. Ini disebabkan hubungan tidak lagi memicu adrenalin yang bisa menimbulkan sensasi karena sudah sangat terbiasa. Sehingga pihak pria atau wanita dari pasangan rumah tangga yang lemah pemahaman agamanya mencoba mencari sensasi lain.
Lya mencontohkan, ketika pasangan muda-mudi pertama kali bersentuhan, ada pengalaman debar yang dirasakan sangat menyenangkan. Namun semua itu berangsur meredup karena sudah terbiasa dan sentuhan itu tidak lagi memicu adrenalin sehingga tidak lagi menimbulkan sensasi. Untuk kasus tertentu, itulah yang biasa terjadi dalam rumah tangga.
Lya yang pernah bersekolah di MAN Telukkuantan menyarankan, selain membangun rumah tangga di atas landasan pemahaman agama yang kuat, pasangan perlu membangun komunikasi. Karena dari banyak kasus, perselingkuhan sering disebabkan ketidakpuasan dalam artian yang luas.
Ini sebenarnya kata Lya hal yang biasa. Namun ketidakpuasan itu haruslah dikomunikasikan, hal yang menjadi ketidakpuasan itu harus tersampaikan. Jika tidak, disitulah timbul masalah, salah satu dari masalah itu adalah perselingkuhan. “ Jadi komunikasi untuk semua hal dalam rumah tangga sangat diperlukan,” ulas Lya
Kendati begitu, Lya juga tidak menyangkal kalau pelaku perselingkuhan ada juga yang menderita hypersex. Pelaku ini tidak puas hanya dengan satu pasangan. Ini termasuk gangguan psikis. Namun untuk mengetahui gangguan psiskis itu perlu dilakukan banyak wawancara untuk mengecek kepribadiannya serta kebutuhannya.
“ Untuk menarik kesimpulan ini tidak bisa dilakukan dengan “raw data” atau data primer yang belum dianalisa,”  tutup Lya Fahmi (kkc)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...