Perayaan Imlek di Kuansing keliahatannya sepi-sepi aja. Paling juga warung kopi dan toko-toko warga Tionghoa ditutup. Padahal secara tradisi perayaan imlek yang biasa disebut Guo Nian ini berlangsung sangat meriah. Perayaan ini bermula dari sebuah kisah di negeri Tiongkok.
Konon dahulu kala, setiap akan memasuki pergantian tahun, orang-orang di daratan Tiongkok dicemaskan gangguan raksasa Nian. Raksasa penganggu yang bertampang seram ini memakan hewan ternak dan hasil panen petani, bahkan raksasa Nian memangsa manusia. Sehingga setiap pergantian tahun yang jatuh pada akhir musim dingin, orang-orang di daratan Tiongkok resah. Mereka dicekam ketakutan.
Untuk membujuk raksasa Nian yang datang setiap pergantian tahun, orang-orang didaratan Tiongkok dulunya meletakkan sesajian makanan di depan pintu rumah. Mereka berharap dengan sesajian di depan pintu rumah raksasa Nian akan melupakan hewan ternak dan hasil panen serta diri mereka yang akan dimangsa.
Namun upaya yang dilakukan kala itu belum juga membuahkan hasil. Raksasa Nian masih saja memakan hewan ternak, hasil panen petani dan manusia. Para petani tidak bisa berbuat banyak, mereka hanya berdoa sambil berharap mendapatkan jalan keluar dari gangguan raksasa Nian.
Sekali waktu, pada hari pergantian tahun, Raksasa Nian kembali menampakkan diri. Para petani sangat gusar, seluruh keluarga cemas,bahkan seisi rumah saling bertatapan satu sama lain dengan wajah takut tanpa kata. Tatapan mereka seakan melontarkan tanya, giliran siapakah gerangan yang akan jadi mangsa Nian pada pergantian tahun kali ini.
Ketika Nian memasuki desa mereka, konon pada waktu yang sama seorang anak kecil berjalan santai. Anak kecil itu memakai baju berwarna merah seraya menenteng lampion berwarna merah. Melihat anak kecil itu raksasa Nian lari tungang langgang. Kebetulan pula peristiwa itu disaksikan langsung oleh Hong Jun Lao Zu yaitu seorang pendeta Tao.
Dari menyaksikan peristiwa itu, Hong Jun Lao Zu akhirnya mengambil kesimpulan bahwa Nian bukan takut kepada anak kecil, tapi Nian takut kepada warna merah terutama lampion merah. Itu dibuktikan Hong Jun Lao Zu sambil menenteng lampion merah di tangannya, pendeta Tao itu menunggangi Nian bagai kereta.
Sejak itu pada pergantian tahun orang-orang di daratan Tiongkok, selalu memajang lampion berwarna merah di depan pintu rumah. Untuk membuat Nian semakin takut, orang-orang di daratan Tiongkok menyalakan kembang api dan petasan. Nyatanya sejak itu pula Nian tidak pernah lagi datang mengganggu mereka.
Kendati demikian, tradisi mempersiapkan nie kwee atau kue keranjang sebagai sesajian tak pernah ditinggalkan. Bahkan nie kwee dipersiapkan enam hari sebelum Chu Xi atau pergantian tahun (imlek).
Kini, ada salam yang biasa diucapkan pada perayaan imlek, Gong Xi Fa Chai artinya salam sejahtera semoga murah rezeki lalu disambung dengan Ang Pao Na Lai artinya Ang Pao kesini dong. Salam ini selalu diucapkan saat mereka saling berkunjung. Biasanya yang mengucapkan salam ini selalu mendapatkan Ang Pao yaitu kertas bungkus merah berisi uang.
Tradisi perayaan Imlek sudah menjadi sebuah prosesi pesta tahun baru yang disebut dengan Guo Nian. Lampion merah, kembang api, petasan, nie kwee dan tak ketinggalan Ang Pao. Tapi di Kuansing kok sepi-sepi aja. Paling juga warung kopi dan toko-toko warga Tionghoa yang tutup. Heran Ang Paonya mana ?? (dari berbagai sumber)